Pudarnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja



Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan bahasa. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pemikiran, keinginan, serta menyampaikan pendapat dan informasi.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Secara sederhana, bahasa merupakan alat interaksi atau komunikasi, yakni sarana untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. Penggunaan bahasa akan lebih efektif jika penutur dan penerima pesan saling memahami.


Sebagai masyarakat Indonesia, kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang berbunyi, "Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia." Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan. Apabila salah satu aspek penggunaannya tidak dipenuhi, maka fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu akan memudar dan hilang.


Penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kadang dipengaruhi oleh bahasa lain. Pemakaian Bahasa Indonesia mulai tergeser oleh bahasa asing dan bahasa pergaulan (bahasa gaul). Bahasa gaul merupakan variasi atau modifikasi dari berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, sehingga tidak memiliki struktur baku yang jelas. 


Sebagian besar kata dalam bahasa gaul adalah terjemahan, singkatan, atau plesetan. Contohnya, kata "kepo" berasal dari "penasaran", "galau" berasal dari "gundah-gulana", dan "bete" dari "bosan". Selain itu, remaja juga kerap menciptakan kata-kata baru yang sulit dilacak asal-usulnya, sehingga bahasa gaul bersifat dinamis dan terus berkembang.


Pada era globalisasi ini, bahasa gaul semakin meluas penggunaannya di kalangan remaja. Bertambahnya kosakata baru dalam bahasa gaul berdampak pada penurunan penggunaan Bahasa Indonesia yang formal. Perkembangan ini diperkuat oleh beberapa media, seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet. Banyak acara di media tersebut menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tata Bahasa Indonesia yang baku. Terlebih pada platform media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram. Film-film asing juga turut memengaruhi perkembangan bahasa di kalangan remaja Indonesia. Penggunaan bahasa asing yang tidak seimbang dengan penggunaan bahasa daerah atau nasional dapat menyebabkan kebingungan dalam berbahasa.


Semakin maraknya penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja merupakan ancaman serius bagi kelangsungan Bahasa Indonesia, serta mencerminkan menurunnya kemampuan berbahasa generasi muda saat ini. Tidak menutup kemungkinan, suatu saat Bahasa Indonesia akan tergerus oleh bahasa gaul.


Selain itu, penggunaan bahasa gaul yang tidak terkendali dapat memperlebar kesenjangan sosial dan budaya di masyarakat. Remaja yang terbiasa menggunakan bahasa gaul akan kesulitan berkomunikasi di lingkungan formal, seperti di sekolah atau dunia kerja. Hal ini dapat mengurangi peluang mereka untuk meraih kesuksesan di berbagai aspek kehidupan.


Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Pendidikan formal dan informal harus lebih banyak mengintegrasikan pembelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta memperkenalkan nilai penting dalam menjaga warisan budaya bangsa. Media massa juga memegang tanggung jawab besar untuk menyajikan konten yang mendidik, bukan sekadar mengikuti tren yang sedang populer.


Post a Comment

أحدث أقدم