Jeritan yang Tak Terdengar

Sumber: Detiknews


Di tengah reruntuhan bangunan-bangunan yang hancur, tawa anak-anak Palestina perlahan memudar, nyaris tenggelam dalam hiruk-pikuk penjajahan. Mereka, yang seharusnya berlari bebas di taman, kini harus tumbuh di bawah bayang-bayang ketakutan.


Dalam pusaran konflik yang seolah tiada akhir, anak-anak menjadi pihak yang paling menderita. Seberapa besar pun perdebatan politik yang terjadi, mereka tetap korban paling rentan. Anak-anak yang seharusnya bermain dengan teman sebaya dan menikmati masa kecil yang damai, kini terpaksa tumbuh di antara reruntuhan dan suara sirine yang mengganggu malam mereka.


Data dari berbagai organisasi internasional menunjukkan bahwa ribuan anak Palestina telah kehilangan nyawa atau terluka akibat konflik ini. Angka-angka yang seharusnya menyentuh hati kita, sering kali hanya dilihat sebagai statistik di antara laporan-laporan kekerasan. Di balik angka tersebut, tersembunyi kisah tentang senyum yang hilang, impian yang tak lagi terwujud, dan masa depan yang lenyap. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan penuh harapan, kini terpaksa menghadapi kenyataan pahit sejak usia dini.


Israel, dengan kekuatan militernya, kerap mengklaim bahwa tindakannya adalah bentuk pembelaan diri. Namun, dapatkah alasan ini diterima ketika bom menghantam sekolah dan rumah sakit? Ketika anak-anak bersembunyi di balik reruntuhan, memeluk boneka lusuh yang berkali-kali terkena debu perang? Dunia sering kali mengutuk tanpa memberikan solusi, sementara jeritan anak-anak itu tetap bergema tanpa jawaban.


Para korban yang tak bersalah ini seolah terlupakan di tengah propaganda yang riuh. Mereka tidak pernah memilih dilahirkan di tanah yang dipenuhi peluru, atau hidup di bawah ketakutan. Dalam benak mereka, mungkin tak ada konsep tentang "kedaulatan" atau "konflik geopolitik." Yang mereka tahu hanyalah rasa takut, kelaparan, dan kehilangan.


Sudah saatnya dunia tidak hanya berpaling, tetapi juga bertindak. Di mana rasa kemanusiaan yang sering diagungkan? Berapa banyak lagi nyawa anak-anak yang harus menjadi korban sebelum tindakan nyata diambil? Setiap jiwa muda yang hilang adalah cerminan kegagalan kita sebagai umat manusia.


Anak-anak Palestina berhak atas kehidupan yang layak, bukan sekadar bertahan hidup di bawah bayang-bayang kekerasan dan ketakutan. Mereka berhak atas masa depan, pendidikan, dan perdamaian. Hak yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak di dunia. Namun selama konflik ini terus berlangsung, mereka akan tetap menjadi korban yang tak bersuara.


Kini, keputusan ada di tangan kita. Apakah kita akan membiarkan mereka tumbuh dalam ketakutan dan kehilangan, atau kita sebagai masyarakat global akan bangkit dan bersuara untuk perdamaian? Karena sesungguhnya, tak ada kemenangan dalam konflik yang hanya meninggalkan trauma mendalam bagi generasi penerus.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama